13.9.14

PENAMPAKAN DI POS 8



(Kisah “Cerita misteri”, begitulah kami menyebutnya, terjadi 10 tahun silam. Cerita yang dimuat di buletin pramuka “CIKAL” edisi khusus tahun 2006 ini merupakan flashback “giat tegak” ambalan SMAN 2 Sigi Biromaru medio 2002 s.d. 2006. Postingan sepenggal cerita ini hanyalah sekedar mengenang kembali masa-masa indah pramuka SMAN 2 Sigi Biromaru)

Malam terakhir perkemahan pramuka SMANDU Sigi Biromaru di desa Porame kecamatan Marawola tidak seperti biasanya. Entah mengapa cuaca dingin menyergap menusuk tulang. Beberapa peserta perkemahan tampak menggigil. Pada hal jaket tebal plus selimut panjang membalut tubuh mereka. Kak Aris, pembina pramuka yang terbiasa dengan kondisi ini pun tak kuasa menahan dingin. Beliau sesekali mendekati perapian untuk sekedar menghalau hawa dingin. Beberapa saker mengikuti Kak Aris melakukan hal yang sama.
Di langit, bintang-bintang memancarkan cahaya yang redup. Cukup mengatasi hitamnya malam di lokasi perkemahan. Tak ada tanda-tanda akan turunnya hujan. Sang awan enggan menampakkan keangkuhannya untuk menutupi cahaya lemah sang bintang. Namun semilir sang bayu terus menorobos ke dalam bivak-bivak yang berdinding ranting dari tumbuhan yang diambil di sekitar perkemahan. Malam pun bertambah dingin.
Sesuai skedul, 45 menit lagi akan ada anjangsana pos. Baik saker maupun tamu ambalan memanfaatkan waktu istirahat ini untuk tidur. Piket malam dari saker tetap berjaga-jaga di sekitar perkemahan.

Sementara malam terus merambat pelan. Sayup-sayup terdengar lolongan anjing dari kejauhan. Tiga puluh menit kemudian, Kak Aris yang sejak tadi tidak dapat memejamkan mata segera memerintahkan piket malam untuk membangunkan seluruh peserta perkemahan.
“Ayo…… semua bangun!” teriak beberapa saker yang bertugas jaga. Kesunyian malam mulai terusik dengan suara peserta perkemahan yang bergegas bangun dari tidurnya. Tapi, ada juga yang tampak malas bangun.
“Yun, bangunkan semua saker putri,” kata Kak Aris kepada korlap bagian putri, Kak Yuyun Wiryanti. Anggota pramuka tingkat bantara itu segera masuk ke bivak putri untuk melaksanakan perintah dari Kak Aris. Sejurus kemudian, ia kembali.
“Kak, ada yang malas bangun,” lapornya.
“Bangunkan sekali lagi! Jika tetap tidak mau bangun, biar saya yang bangunkan!” kata Kak Aris serius. Untuk kedua kalinya Kak Yuyun masuk ke bivak saker putri. Namun, hasilnya tetap nihil. Mereka tetap bergeming. Kak Yuyun putus asa.
“Kak, mereka tetap tidak mau bangun,”  lapornya untuk yang kedua kali.
“Baiklah, mereka harus diberi pelajaran,” jawab Kak Aris sembari berjalan menuju bivak yang didiami saker putri. Di tangannya dua botol aqua berisi air. Malam ini bakal ada yang basah kuyup. Tanpa basa-basi, Kak Aris mulai membuka tutup botol dan segera menyemprotkan air tersebut ke dalam bivak. Suasana gaduh dalam bivak mulai terdengar. Kekacauan pun terjadi. Mereka mengira diguyur hujan deras.
“Siapa yang kurang ajar itu?” teriak Ramlah dari dalam bivak. Ia belum mengetahui siapa yang bikin hujan buatan itu.
“Hei, ada Kak Aris! Cepat bangun!” timpal yang lain setelah sadar bahwa tidak ada hujan.
“Hah? ada Kak Aris?” bisik Ramlah menyadari kekeliruannya.
Cepaaaaat! Berbaris di lapangan!” perintah Kak Aris dengan suara lantang. Mereka berhamburan keluar. Dinginnya udara tak diperdulikan.
Di lapangan, Kak Hendrik dan Kak Yuyun mengatur strategi untuk kelancaran kegiatan anjang sana pos. Mereka membagi tugas untuk saker yang stand by di 10 pos. Pos-pos tersebut ditempatkan di sepanjang tepi sungai Porame yang berjarak kurang lebih 50 meter dari lokasi perkemahan. Letaknya agak ke bawah, dekat kaki gunung Porame. Tiga pos berada di seberang sungai, yaitu pos 4, pos 8 dan pos 9. Dan masing-masing pos ditunggui oleh tiga orang saker.
Jarum jam menunjukkan pukul 00.30 dini hari. Tamu ambalan mulai masuk di pos 1. Teriakan dari saker yang bertugas di pos 1 menyambut kedatangan para tamu ambalan.
Sementara itu, Kak Aris mondar-mandir dari pos yang satu ke pos yang lain. Beliau memastikan bahwa semua pos dalam keadaan siap. Ia memerintahkan setiap pos membuat perapian, agar mudah dikenali.
Suasana malam di tepi sungai itu, riuh dengan suara bentakan dan teriakan dari saker yang sedang menggembleng para tamu ambalan. Usai memberi arahan di pos-pos, Kak Aris kembali ke perkemahan. Ia mengawasi dari tempat yang agak tinggi di lokasi perkemahan. Dengan menggunakan teropong biasa miliknya, Kak Aris memantau aktifitas di masing-masing pos. Bantuan cahaya dari perapian di sepuluh pos, aktifitas mereka dapat dipantau dengan jelas melalui teropong. Teropong diarahkan ke pos 1, terus pindah ke pos 2, pos 3 dan seterusnya. Namun, ketika teropong mengarah ke pos 8 yang letaknya agak jauh dari seberang sungai, Kak Aris terkejut. Dicobanya mengatur posisi lensa teropong agar lebih fokus di objek.
“Aneh. Ada sesuatu di sana,” pikir Kak Aris. Sebuah benda melayang di atas kepala para saker di pos 8. Bayangan hitam berbentuk tubuh Manusia, terbang mengitari para penjaga pos 8. Teropong tetap mengarah ke pos 8 untuk waktu yang cukup lama. Bayangan hitam itu menghilang.

***
Anjang sana pos berakhir pada pukul 04.15. Mereka kembali ke perkemahan. Dari saker yang bertugas diketahui ada beberapa sangga dari tamu ambalan tidak sampai di pos 8. Mereka beralasan tidak melihat tanda berupa perapian.
“Aneh. Mungkin ada hubungannya dengan kejadian semalam,” gumam Kak Aris setelah mendapat laporan dari korlap.
“Siapa yang jaga di pos 8,” tanya Kak Aris pada saker.
“Saya, Kak!” jawab Kak Nurfiana dari barisan paling belakang.
“Adakah yang terjadi di pos 8?” tanya Kak Aris kembali. Tapi kali ini pertanyaan hanya ditujukan kepada Kak Nurfiana. Mendapat pertanyaan seperti itu, Kak Nurfiana mulai curiga. Jangan-jangan Kak Aris tahu kejadian semalam, pikirnya.
“Kak, kami tidak konsentrasi di pos 8. Kami ketakutan karena seperti ada yang memata-matai kami,” jelas Kak Nurfiana dengan mimik ketakutan. Kak Aris semakin yakin dengan apa yang ia saksikan semalam. Bayangan hitam menyerupai tubuh manusia, nyata adanya. Ini penampakkan. Yach…. semacam yang ada di tayangan TPI “gentayangan.”
      Setelah Kak Aris mengetahui bahwa peristiwa yang ia saksikan di pos 8 ada kaitannya dengan laporan Kak Nurfiana, maka ia menceritakan semua kejadian itu. Kak Nurfiana yang sejak dari pos 8 merinding ketakutan, mendadak histeris. Peristiwa semalam semakin membuatnya takut. Pada hal ia tengah berada di kerumunan teman-temannya. Kak Nurfiana  menangis sejadi-jadinya. Seandainya ia tahu keberadaan benda hitam itu semalam, tentu ia lari terbirit-birit meninggalkan posnya.

***
Usai sudah perkemahan pelantikan tamu ambalan di kaki gunung Porame. Peristiwa itu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Mungkin banyak yang tidak percaya, tapi bagi anggota gerakan pramuka SMANDU Sigi Biromaru tetap meyakininya sebagai peristiwa langka penuh misteri.

 

Porame, 4 Januari 2004

5 komentar:

  1. Kisah nyata betulan, Pak? Jadi dulu Pak Aris aktif di Pramuka? KEREN :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe,,,begitulah ceritanya...

      Hapus
    2. sekarang masih aktif jadi pembina, pak?

      Hapus
    3. iya,,, skarang kepramukaan diwajibkan.
      kembali aktif membina di Madani

      Hapus
    4. yah, jadi iri sama angkatannya adek-adek sekarang :o

      Hapus