3.3.15

Dinda dan Klarina, Ilmuwan Daun Pacar



Foto: Pose bersama Dinda dan Klarina di Stand Pameran

           Senyum hangat dari dua gadis manis finalis ISPO 2015 menyambut saya tepat di depan stand pameran bidang kimia. Pemilik stand itu tidak lain adalah Dinda Clarissa Aulia dan Klarina Elsa Siti Sarah, siswa Sekolah Kharisma Bangsa Tangerang.
Dengan seragam sekolah khas Kharisma Bangsa, keduanya tampak menonjol di antara penjaga stand pameran ISPO yang dihelat dari tanggal 16-18 Februari di Auditorium sekolah mereka. Terlihat beberapa pengunjung sedang mengamati hasil riset mereka yang dipajang rapi di meja stand keduanya. Proyek penelitian keduanya berjudul Henna Leaves (Daun Pacar): Biodegradable and Natural Softener Textile Dye. Intinya tanaman Daun pacar digunakan sebagai pewarna alami.

Dengan penuh keramahan, keduanya bergantian memberi penjelasan soal riset mereka yang berhasil masuk sebagai finalis ISPO tahun ini.
“Apa kelebihan perwarna alami yang kalian teliti?” tanya saya setelah mendapat penjelasan mengenai metode penelitian yang mereka lakukan. “Warna yang dihasilkan kuat dan tidak mudah luntur,” jawab Dinda bersemangat. “Selain itu tekstur kain terasa lebih halus setelah diberi pewarna alami ini,” ungkap keduanya meyakinkan, sambil menyodorkan beberapa produk tekstil yang sudah diberi pewarna.
          “Kenapa bisa halus ya?” Menurut Dinda, kandungan phytol serta vitamin E yang menyebabkan kain sutra terasa lebih halus dari sebelumnya. Jadi orang yang memakai baju dengan pewarna daun pacar, mendapat bonus vitamin E. Namun keduanya mengaku belum meneliti apakah vitamin E di pakaian akan berpengaruh terhadap kesehatan kulit pemakainya.
Foto: Bapak Haris Iskandar, menyerahkan medali untuk pemenang
Tidak hanya daya tahan warnanya yang menjadi fokus penelitian. Keduanya pun melakukan pecobaan pada kecambah untuk melihat apakah limbah pewarna yang mereka hasilkan berpengaruh pada lingkungan. Hasilnya sungguh diluar dugaan. Kecambah yang direndam dengan pewarna daun pacar malah tumbuh lebih subur daripada kecambah yang direndam dengan air tanpa pewarna. Bahkan akarnya berukuran jauh lebih besar daripada kecambah yang direndam di dalam air biasa.
Menurut pemahaman saya, apa yang dilakukan Dinda dan Klarina sebenarnya sangat sederhana. Langkah-langkah riset yang sangat prosedural yang membuat produk yang dihasilkan cukup meyakinkan.
Kerja keras mereka selama lima bulan melakukan riset, akhirnya berbuah manis. Senyum manis keduanya semakin mengembang ketiak dua medali emas plus uang tunai 2 Juta rupiah menjadi milik mereka.
Saya turut merasa bangga dengan kereatifitas keduanya. Mereka anak-anak bangsa yang patut diberi apresiasi. Tentu saja pemerintah Indonesia bisa membantu keduanya untuk pendanaan dalam lomba di tingkat Internasional, yaitu kompetisi GENIUS Olympiad di New York, Amerika Serikat di tahun yang sama. Semoga…..

1 komentar: