14.12.14

SILENT AREA



 Foto: Ujicoba pembuatan komposit di Lab Tehnik Untad (kiri), dan pembuatan
komposit dengan alat pres sederhana di Lab Kimia SMAN Madani (kanan)

Hamparan alat dan bahan kimia di atas meja praktikum tampak tidak teratur. Terlihat pula daun-daun kering, sabut kelapa, dan serbuk gergaji mengotori lantai putih ruang Laboratorium (Lab) Kimia SMAN Madani. Dua alat pres manual berderet di meja prepare yang siap digunakan. Disisinya, dua buah dongkrak berkekuatan 3 ton siap memberi tekanan pada sampel nanokomposit. Riuh suara blender yang tengah menghaluskan sampel dari sampah organik tersebut turut melengkapi kesibukkan di ruang yang beraroma zat “beracun” itu.
Gambaran suasana di atas sudah berlangsung selama sepekan. Kesibukan di ruang Lab itu bukan tanpa alasan. Dua siswa SMAN Madani, Munawwir dan Rizaldi Alif Syahrial tengah melakukan penelitian terkait dengan furniture rumah anti terbakar yang diikutkan dalam Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) tingkat nasional. ISPO semacam olimpiade penelitian untuk siswa sekolah menengah.
Foto: papan komposit  (dokpri)
Kedua siswa tersebut melakukan ujicoba membuat nanokomposit dari sampah organik untuk bahan plavon dan furniture rumah yang tahan terhadap suhu tinggi. Dengan alat pres sederhana, keduanya membuat cetakan mini “papan” nanokomposit yang selanjutnya akan diuji bakar dan uji ketahanannya di Lab Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
Sayangnya, geliat di ruang Lab Kimia tidak membuat siswa lain tertarik atau sekedar menanyakan apa yang dilakukan kedua siswa itu. Bidang Penelitian memang belum mendapat “tempat” yang nyaman di hati kebanyakan siswa tingkat sekolah menengah.
Berbeda dengan bidang olahraga dan seni yang gegap gempita dan memiliki banyak penggemar. Bidang penelitian tidak seheboh kedua bidang itu. Tidak salah jika mantan Mendikbud M. Nuh mengatakan bahwa bidang penelitian adalah silent area.
Keengganan siswa bergelut di bidang ini disebabkan banyak faktor. Kebanyakan dari mereka beralasan karena sulit mendapat ide penelitian yang orisinil. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan sebuah penelitian sampai pada penyusunan laporan akhir.
Bagi saya, alasan yang dikemukakan di atas tidaklah rasional. Mengingat bidang ini memiliki “area” yang luas, sehingga banyak hal yang ditemukan disekitar kita dapat menjadi sumber inspirasi. Soal kesulitan mendapatkan ide penelitian, sebenarnya dapat diatasi dengan cara banyak membaca, baik melalui buku-buku maupun media daring tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan.
Memang aktififitas bidang penelitian membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menyelesaikan. Tetapi hal ini dapat dikompromikan dengan memilih obyek dan metode penelitian yang sederhana. Penelitian sederhana setingkat SMA tentu tidak sesulit dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir. Dengan memilih penelitian sederhana, maka waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Munawwir dan Rizaldi Alif Syahrial, yang mengangkat judul, Pemanfaatan Nanokomposit Anti Terbakar pada Furniture dan Plafon Rumah. Dengan desain sederhana, mereka membuat papan nanokomposit yang berasal dari campuran sampah organik, PVAC dan serbuk DCP yang mudah diperoleh di Kota Palu.
Saat ini sampel komposit yang dihasilkan sudah masuk tahap kedua, yaitu uji bakar dan daya tekan yang akan dilakukan di Lab tehnik Mesin Fakultas Tehnik Untad.
Sebagai bentuk apresiasi atas usaha mereka, kita berdoa semoga penelitian yang dilakukan keduanya berjalan lancar dan sukses masuk finalis ISPO tingkat nasional tahun 2015 mendatang. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar