10.11.14

SEMANGATNYA TUH DI SANA (4)



(Episode: Cikal vs M-Scope)

Foto: Majalah Cikal dan M-Scope (dokpri)


Hai, apa kabar adik-adik pramuka? Senang sekali rasanya saya bisa menyapa kalian di episode ini. Saya teringat status fb teman pramuka kalian, Chintyaa Mokodompis yang nangkring di beranda saya (hehehe teman saya juga sih..). Chintyaa menulis, “Indahnya dunia kami. Dunia PRAMUKA ^-^plus satu gambar anak-anak pramuka yang sedang giat berlatih. Tanpa ragu saya langsung memberi like pada status Chintyaa itu. (Thank you Chintyaa, foto kamu sumber ide saya menulis di episode ini).
Apa yang ditulis Chintyaa dalam statusnya itu benar. Dunia pramuka menurut saya penuh dengan beautiful experiences. Suasana penuh kegembiraan, keceriaan, kekeluargaan dan petualangan selalu membingkai di setiap hajatan pramuka. Banyak hal yang bisa kita pelajari di pramuka. Salah satu aktifitas yang menarik adalah menulis.
Nah, pada episode kali ini, saya ingin berbagi cerita soal bagaimana semangatnya teman-teman kalian belajar nulis sekaligus bikin majalahnya.
Cerita kali ini soal majalah Cikal dan M-Scope. Mengapa harus Cikal dan M-Scope? Pasalnya, kedua majalah ini merupakan majalah dimana saya menjadi salah satu pengarah tim redaksinya. Selain itu, keduanya memiliki  “keterkaitan” yang erat. Seperti apa kisahnya? Check it out
Baiklah sobat! Sebelum saya mengurai panjang lebar soal kedua majalah ini, saya terlebih dahulu memohon maaf kepada pembaca sekalian karena tidak menyebut banyak nama. Saya tidak bermaksud meremehkan peran dari pihak-pihak tertentu yang punya andil besar dalam terbitnya kedua majalah yang menjadi fokus bahasan saya di episode ini.
Saya hanya sekedar berbagi kepada pembaca khususnya kepada adik-adik pramuka tentang bagaimana sebuah “keterbatasan” bisa berbuah sukses.
Kedua majalah ini memang berbeda. Majalah Cikal lahir dari rahim Ambalan Pramuka SMAN 2 Sigi Biromaru, sementara M-Scope lahir dari rahim OSIS SMAN Madani Palu. Kalau Majalah Cikal merupakan majalah khusus yang lebih banyak membahas soal-soal kepramukaan, sedangkan M-Scope majalah yang mengupas tentang hal yang berhubungan dengan aktifitas siswa dan sekolah.
Saya ceritain dulu tentang Cikal. Ide pembuatan Majalah Cikal berawal dari perkemahan penegak di Paneki pertengahan tahun 2003. Saya tidak ingat persis apa nama kegiatannya. Yang jelas, saya ingat waktu itu ada materi tentang jurnalistik. Dari sanalah sesungguhnya saya kepikiran membuat majalah sekolah. Saya selaku pembina Ambalan Putra SMAN 2 Sigi Biromaru ketika itu, menyampaikan ide membuat majalah sekolah di hadapan anak-anak pramuka yang menjadi binaan saya. Merekapun setuju soal itu.
Dalam perjalanan waktu di awal tahun 2004, ide membuat majalah sekolah belum dapat diwujudkan. Selain fasilitas kurang, kendala terbesar yang paling dirasakan adalah kurangnya minat siswa untuk menulis. Ide membuat majalah sekolah dianggap ide “gila” oleh sebagian siswa dan guru ketika itu. Saya bersama anggota pramuka kembali berembuk membicarakan soal ide “gila” itu. Hasilnya adalah nekat, segera berbuat tanpa banyak mikir.
Dari hasil rembuk itu, istilah Majalah Sekolah diubah menjadi Majalah Pramuka dengan nama Cikal. Pemberian nama Cikal ternyata berpengaruh terhadap semangat tim redaksi untuk segera menerbitkan majalah perdana. Dengan hanya mengandalkan satu-satunya komputer tipe pentium 2 dengan aplikasi pengolah kata MS word 2003 milik sekolah kala itu, anak-anak pramuka belajar bagaimana membuat berita, menulis cerpen, puisi, dan lain-lain. Sebagian dibimbing bagaimana mengoperasikan komputer dan tehnik lay out-nya. Kata nekad menjadi senjata ampuh mewujudkan ide “gila” menerbitkan Cikal.
Kerja keras yang dibalut dengan semangat Tri Satya, maka terbitlah Majalah Cikal edisi perdana di pertengahan 2004 dengan Pemimpin Redaksi pertama Fritsam (pernah bertugas sebagai wartawan Info Baru dan Harian Radar Sulteng). Terbitnya Cikal edisi pertama ini, semakin menambah kepercayaan diri tim redaksi untuk menerbitkan majalah edisi berikutnya. Tak pelak lagi, hampir setiap dua bulan sekali majalah kesayangan ambalan itu terbit.
Wartawan cikal pernah mengangkat profil ketua OSIS SMAN 1 Palu, SMAN 2 Palu, SMA Katolik Palu, dan lain-lain. Bagi saya ini sebuah prestasi tanpa trofi bagi anak-anak pramuka SMAN 2 Sigi Biromaru, meskipun tim redaksi Cikal berasal dari sekolah pinggiran, namun dengan percaya diri mereka masuk ke sekolah-sekolah favorit itu. Salut deh !
Bahkan majalah ini pernah memuat tulisan hasil wawancara dengan Drs. H. Sukma Hali, MM, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Donggala saat itu. Saya ingat tim Cikal yang mewawancarai Kepala Dinas waktu itu adalah Susilawati, anggota pramuka penegak bantara putri.
Yang lebih berkesan ketika Bupati Donggala H. Adam Ardjad Lamarauna kala itu memberi apresiasi terhadap Cikal. Ketika itu ada perkemahan di Ibukota Kabupaten Donggala, di mana saya bersama Ibu Hj Asrida Arsyad, S.Pd, pembina pramuka putri turut mendampingi anak-anak pramuka kemping di Lapangan Sepak Bola Banawa.
Masih jelas diingatan saya, saat Bupati meninjau tenda putri, kesempatan bagi anak-anak pramuka menawarkan Cikal seharga Rp2.500 untuk satu edisi, tetapi orang nomor satu di Kabupaten Donggala itu membayarnya dengan harga Rp150.000. Bupati bersama rombongan memberi pujian atas usaha keras anak-anak pramuka SMAN 2 Sigi Biromaru yang menerbitkan satu-satunya majalah pramuka di Kabupaten Donggala.
Bagi saya itu satu bentuk penghargaan yang luar biasa dari seorang Bupati. Bukan dinilai dari nominal uangnya, tetapi bentuk apresiasi dari seorang pemimpin melebihi segalanya. Beautiful experiences bagi anak-anak pramuka.
Di pertengahan 2006, tim redaksi sukses menerbitkan edisi khusus menyambut kepala sekolah baru di SMAN 2 Sigi Biromaru yang merupakan edisi terakhir dari tigabelas edisi yang sudah terbit.
Mengapa edisi ke-13 dikatakan sebagai edisi terakhir? Problem utama sesungguhnya terletak kepada pengkaderan. Saya dan teman-teman lain “gagal” menyiapkan kader dari adik-adik kelas mereka atau tamu ambalan ketika itu. Selain itu, saya pun “terganggu” dengan proses persiapan mutasi saya ke SMAN Madani Palu.
***
Foto: Pelatihan Jurnalistik angkatan IV 2011 (dokpri)
Bagaimana dengan M-Scope? Di awal tulisan ini, saya menyebut bahwa antara Cikal dan M-Scope ada “keterkaitan” yang erat. Seperti apa? Ikuti truss kelanjutan kisahnya.
Keinginan untuk segera memiliki majalah siswa di SMAN Madani sebenarnya sudah membersit dibenak saya sejak tahun 2007. Namun kondisi kala itu menurut saya belum memungkinkan untuk mensupport siswa dalam menerbitkan media cetak. Bukan karena fasilitas yang kurang, atau karena rendahnya minat siswa dalam hal menulis. Saya masih “kurang percaya” dengan semangat mereka, terutama pengurus OSIS (maaf yach, itu dulu). Saya ingin di sekolah milik pemerintah provinsi Sulawesi Tengah itu terlebih dahulu membentuk gugus depan pramuka. Saya pun berharap suatu saat nanti yang menangani majalah siswa SMAN Madani adalah anak-anak pramuka.
Sayangnya, di awal berdirinya sekolah yang pernah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) itu, pramuka tidak mendapat tempat di hati warga sekolah. Kesan saya kala itu, ekskul pramuka terasa sangat “jadul” jika berada di sekolah “modern” itu. Sebagai guru “didikan” pramuka merasakan seolah saya berada di tempat yang salah. Kesimpulan sepihak saya, bahwa pramuka tidak bakalan “hidup” di sekolah itu.
Meskipun saya sudah menjudge pramuka tidak bakalan “hidup”, keinginan untuk menerbitkan majalah siswa tetap “hidup” dipikiran saya. Cikal saja bisa lahir dari sekolah yang serba kurang, mengapa sekolah yang punya fasilitas lengkap tidak mampu menerbitkan majalah? “Spirit” Cikal terus bergentayangan di nalar saya.
Memasuki tahun ketiga SMAN Madani berdiri, saya ditunjuk sebagai pembina harian OSIS. Ini kesempatan saya untuk menularkan “spirit” Cikal dalam penerbitan majalah siswa di sekolah itu. Melalui program kerja OSIS periode 2008/2009 pelatihan perdana jurnalistik dimulakan.
Atas kegigihan peserta jurnalistik angkatan pertama, M-Scope lahir sebagai majalah OSIS SMAN Madani yang terbit pertama kali akhir 2009, dengan Pemimpin Redaksi Balgis (kini mahasiswa Universitas Brawijaya).
Berbeda dengan Majalah Cikal yang terbit teratur dua bulan sekali, M-Scope terbit tidak teratur, kadang setahun dua kali terbit, yang paling sering ya terbit setahun sekali. Tidak menentunya waktu terbit M-Scope, dipicu oleh padatnya kegiatan belajar di SMAN Madani. Sampai sekarang (2014) majalah yang telah menginspirasi beberapa majalah sekolah maupun majalah kampus yang ada di kota Palu itu baru menerbitkan sebanyak tujuh edisi.
Jelaslah sudah, benang merah yang saya maksud di atas tidak lain bahwa “spirit” cikal telah merasuk dan menginspirasi hadirnya M-Scope. Jadi semangat M-Scope tuh di sana, semangat yang “lahir” dari jiwa anak-anak pramuka Ambalan SMAN 2 Sigi Biromaru. (Buat adik-adik pramuka Ambalan SMANDUBIRMA, tetap semangat ya, teruslah belajar dan berlatih. Thanks ya, kalian sumber inspirasi saya).
Salam pramuka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar