(Episode: Cikal vs M-Scope)
Foto: Majalah Cikal dan M-Scope (dokpri)
Hai, apa kabar adik-adik pramuka?
Senang sekali rasanya saya bisa menyapa kalian di episode ini. Saya teringat
status fb teman pramuka kalian,
Chintyaa Mokodompis yang nangkring di
beranda saya (hehehe teman saya juga sih..). Chintyaa menulis, “Indahnya dunia kami. Dunia PRAMUKA ^-^” plus satu gambar anak-anak pramuka yang
sedang giat berlatih. Tanpa ragu saya langsung memberi like pada status Chintyaa itu. (Thank
you Chintyaa, foto kamu sumber ide saya menulis di episode ini).
Apa
yang ditulis Chintyaa dalam statusnya itu benar. Dunia pramuka menurut saya
penuh dengan beautiful experiences. Suasana penuh kegembiraan, keceriaan,
kekeluargaan dan petualangan selalu membingkai di setiap hajatan pramuka.
Banyak hal yang bisa kita pelajari di pramuka. Salah satu aktifitas yang
menarik adalah menulis.
Nah, pada episode kali ini, saya ingin
berbagi cerita soal bagaimana semangatnya teman-teman kalian belajar nulis sekaligus bikin majalahnya.
Cerita
kali ini soal majalah Cikal dan M-Scope. Mengapa harus Cikal dan M-Scope?
Pasalnya, kedua majalah ini merupakan majalah dimana saya menjadi salah satu
pengarah tim redaksinya. Selain itu, keduanya memiliki “keterkaitan” yang erat. Seperti apa kisahnya?
Check it out…
Baiklah
sobat! Sebelum saya mengurai panjang
lebar soal kedua majalah ini, saya terlebih dahulu memohon maaf kepada pembaca sekalian
karena tidak menyebut banyak nama. Saya tidak bermaksud meremehkan peran dari pihak-pihak
tertentu yang punya andil besar dalam terbitnya kedua majalah yang menjadi
fokus bahasan saya di episode ini.
Saya
hanya sekedar berbagi kepada pembaca khususnya kepada adik-adik pramuka tentang
bagaimana sebuah “keterbatasan” bisa berbuah sukses.
Kedua
majalah ini memang berbeda. Majalah Cikal lahir dari rahim Ambalan Pramuka SMAN
2 Sigi Biromaru, sementara M-Scope lahir dari rahim OSIS SMAN Madani Palu.
Kalau Majalah Cikal merupakan majalah khusus yang lebih banyak membahas soal-soal
kepramukaan, sedangkan M-Scope majalah yang mengupas tentang hal yang berhubungan
dengan aktifitas siswa dan sekolah.
Saya
ceritain dulu tentang Cikal. Ide
pembuatan Majalah Cikal berawal dari perkemahan penegak di Paneki pertengahan tahun
2003. Saya tidak ingat persis apa nama kegiatannya. Yang jelas, saya ingat
waktu itu ada materi tentang jurnalistik. Dari sanalah sesungguhnya saya kepikiran membuat majalah sekolah. Saya
selaku pembina Ambalan Putra SMAN 2 Sigi Biromaru ketika itu, menyampaikan ide
membuat majalah sekolah di hadapan anak-anak pramuka yang menjadi binaan saya.
Merekapun setuju soal itu.
Dalam
perjalanan waktu di awal tahun 2004, ide membuat majalah sekolah belum dapat
diwujudkan. Selain fasilitas kurang, kendala terbesar yang paling dirasakan
adalah kurangnya minat siswa untuk menulis. Ide membuat majalah sekolah
dianggap ide “gila” oleh sebagian siswa dan guru ketika itu. Saya bersama
anggota pramuka kembali berembuk
membicarakan soal ide “gila” itu. Hasilnya adalah nekat, segera berbuat tanpa
banyak mikir.
Dari
hasil rembuk itu, istilah Majalah Sekolah
diubah menjadi Majalah Pramuka dengan nama Cikal. Pemberian nama Cikal
ternyata berpengaruh terhadap semangat tim redaksi untuk segera menerbitkan
majalah perdana. Dengan hanya mengandalkan satu-satunya komputer tipe pentium 2 dengan aplikasi pengolah kata MS word 2003
milik sekolah kala itu, anak-anak pramuka belajar bagaimana membuat berita, menulis
cerpen, puisi, dan lain-lain. Sebagian dibimbing bagaimana mengoperasikan
komputer dan tehnik lay out-nya. Kata
nekad menjadi senjata ampuh mewujudkan ide “gila” menerbitkan Cikal.
Kerja
keras yang dibalut dengan semangat Tri Satya, maka terbitlah Majalah Cikal edisi
perdana di pertengahan 2004 dengan Pemimpin Redaksi pertama Fritsam (pernah bertugas sebagai wartawan Info Baru
dan Harian Radar Sulteng). Terbitnya Cikal edisi pertama ini, semakin
menambah kepercayaan diri tim redaksi untuk menerbitkan majalah edisi berikutnya.
Tak pelak lagi, hampir setiap dua bulan sekali majalah kesayangan ambalan itu
terbit.
Wartawan
cikal pernah mengangkat profil ketua OSIS SMAN 1 Palu, SMAN 2 Palu, SMA Katolik
Palu, dan lain-lain. Bagi saya ini sebuah prestasi tanpa trofi bagi anak-anak
pramuka SMAN 2 Sigi Biromaru, meskipun tim redaksi Cikal berasal dari sekolah
pinggiran, namun dengan percaya diri mereka masuk ke sekolah-sekolah favorit
itu. Salut deh !
Bahkan
majalah ini pernah memuat tulisan hasil wawancara dengan Drs. H. Sukma Hali,
MM, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Donggala saat itu. Saya
ingat tim Cikal yang mewawancarai Kepala Dinas waktu itu adalah Susilawati,
anggota pramuka penegak bantara putri.
Yang
lebih berkesan ketika Bupati Donggala H. Adam Ardjad Lamarauna kala itu memberi
apresiasi terhadap Cikal. Ketika itu ada perkemahan di Ibukota Kabupaten
Donggala, di mana saya bersama Ibu Hj Asrida Arsyad, S.Pd, pembina pramuka putri
turut mendampingi anak-anak pramuka kemping di Lapangan Sepak Bola Banawa.
Masih
jelas diingatan saya, saat Bupati meninjau tenda putri, kesempatan bagi
anak-anak pramuka menawarkan Cikal seharga Rp2.500 untuk satu edisi, tetapi
orang nomor satu di Kabupaten Donggala itu membayarnya dengan harga Rp150.000. Bupati
bersama rombongan memberi pujian atas usaha keras anak-anak pramuka SMAN 2 Sigi
Biromaru yang menerbitkan satu-satunya majalah pramuka di Kabupaten Donggala.
Bagi
saya itu satu bentuk penghargaan yang luar biasa dari seorang Bupati. Bukan
dinilai dari nominal uangnya, tetapi bentuk apresiasi dari seorang pemimpin
melebihi segalanya. Beautiful experiences
bagi anak-anak pramuka.
Di
pertengahan 2006, tim redaksi sukses menerbitkan edisi khusus menyambut kepala sekolah
baru di SMAN 2 Sigi Biromaru yang merupakan edisi terakhir dari tigabelas edisi
yang sudah terbit.
Mengapa
edisi ke-13 dikatakan sebagai edisi terakhir? Problem utama sesungguhnya terletak
kepada pengkaderan. Saya dan teman-teman lain “gagal” menyiapkan kader dari
adik-adik kelas mereka atau tamu ambalan
ketika itu. Selain itu, saya pun “terganggu” dengan proses persiapan mutasi
saya ke SMAN Madani Palu.
***
Foto: Pelatihan Jurnalistik angkatan IV 2011 (dokpri) |
Bagaimana
dengan M-Scope? Di awal tulisan ini, saya menyebut bahwa antara Cikal dan
M-Scope ada
“keterkaitan” yang erat. Seperti apa? Ikuti truss
kelanjutan kisahnya.
Keinginan
untuk segera memiliki majalah siswa di SMAN Madani sebenarnya sudah membersit
dibenak saya sejak tahun 2007. Namun kondisi kala itu menurut saya belum
memungkinkan untuk mensupport siswa dalam
menerbitkan media cetak. Bukan karena fasilitas yang kurang, atau karena
rendahnya minat siswa dalam hal menulis. Saya masih “kurang percaya” dengan
semangat mereka, terutama pengurus OSIS (maaf yach, itu dulu). Saya ingin di sekolah milik pemerintah provinsi
Sulawesi Tengah itu terlebih dahulu membentuk gugus depan pramuka. Saya pun berharap suatu saat nanti yang menangani majalah siswa SMAN Madani adalah anak-anak pramuka.
Sayangnya,
di awal berdirinya sekolah yang pernah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) itu, pramuka tidak mendapat tempat di hati warga sekolah.
Kesan saya kala itu, ekskul pramuka terasa sangat “jadul” jika berada di
sekolah “modern” itu. Sebagai guru “didikan” pramuka merasakan seolah saya
berada di tempat yang salah. Kesimpulan sepihak saya, bahwa pramuka tidak bakalan “hidup” di sekolah itu.
Meskipun
saya sudah menjudge pramuka tidak bakalan “hidup”, keinginan untuk
menerbitkan majalah siswa tetap “hidup” dipikiran saya. Cikal saja bisa lahir
dari sekolah yang serba kurang, mengapa sekolah yang punya fasilitas lengkap
tidak mampu menerbitkan majalah? “Spirit” Cikal terus bergentayangan di nalar
saya.
Memasuki
tahun ketiga SMAN Madani berdiri, saya ditunjuk sebagai pembina harian OSIS.
Ini kesempatan saya untuk menularkan “spirit” Cikal dalam penerbitan majalah
siswa di sekolah itu. Melalui program kerja OSIS periode 2008/2009 pelatihan
perdana jurnalistik dimulakan.
Atas
kegigihan peserta jurnalistik angkatan pertama, M-Scope lahir sebagai majalah OSIS
SMAN Madani yang terbit pertama kali akhir 2009, dengan Pemimpin Redaksi Balgis (kini mahasiswa Universitas Brawijaya).
Berbeda
dengan Majalah Cikal yang terbit teratur dua bulan sekali, M-Scope terbit tidak
teratur, kadang setahun dua kali terbit, yang paling sering ya terbit setahun sekali. Tidak
menentunya waktu terbit M-Scope, dipicu oleh padatnya kegiatan belajar di SMAN
Madani. Sampai sekarang (2014) majalah yang telah menginspirasi beberapa
majalah sekolah maupun majalah kampus yang ada di kota Palu itu baru
menerbitkan sebanyak tujuh edisi.
Jelaslah
sudah, benang merah yang saya maksud di atas tidak lain bahwa “spirit” cikal
telah merasuk dan menginspirasi hadirnya M-Scope. Jadi semangat M-Scope tuh di sana, semangat yang “lahir” dari
jiwa anak-anak pramuka Ambalan SMAN 2 Sigi Biromaru. (Buat adik-adik pramuka Ambalan SMANDUBIRMA, tetap semangat ya, teruslah
belajar dan berlatih. Thanks ya, kalian sumber inspirasi saya).
Salam
pramuka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar