Dua hari terbaring lemah karena
sakit, tidak membuat pikiran saya “melemah”. Namun demikian, saya agak kesulitan
dalam mendapatkan ide menulis opini untuk koran lokal. Untuk yang satu ini saya
harus ekstra hati-hati dalam pemilihan ide. Jenis pembaca yang beragam membuat
saya harus menunda menyelesaikan beberapa tulisan “berat” bertema pendidikan.
Saya pun memilih tulisan berkategori “ringan”.
Sore itu, dalam kondisi fisik lemah,
saya menghibur diri sambil menonton acara “pesbukers” Antv. Usai Isya, saya pun
tertidur. Terbangun pukul 00.30 dini hari, saya iseng menyalakan TV kembali.
Memilih beberapa canel TV. Pilihan jatuh pada Global TV yang saat itu sedang
menayangkan film box office “Elektra”, film favorit saya.
Begitulah kisahnya, saya mendapat ide
menulis “Pesbukers vs Elektra” untuk blog kesayangan saya ini. Saya tidak
bermaksud membandingkan kualitas tayangan kedua TV tersebut. Tidak juga
membandingkan karya seniman Indonesia dengan seniman luar negeri. Ataupun
membandingkan kualitas akting para pemainnya. Apalagi membandingkan kecantikan
atau ketampanan para bintang yang terlibat. Tidak sama sekali. Muatan tulisan
ini hanyalah mengikuti “naluri” seorang pendidik. Truss… apa hubungan antara
Pesbukers dengan Elektra???
Maaf pembaca, agak bertele-tele. Saya
langsung saja….
Pesbukers adalah salah satu acara
reality show bergenre komedi unggulan Antv. Tayangan 7 Oktober 2014 saya
menyaksikan bagaimana candaan-candaan yang berorientasi seks muncul
dihadapan para guru dan siswa SMPN 2 Rembang yang kala itu sedang menonton
langsung di studio Antv.
Misalnya
diaglog antara Raffi Ahmad dan Ayu Ting Ting. Dalam keadaan ditutup matanya,
Ayu meraba lengan Raffi sambil mengatakan, “tangannya kencang banget, apalagi yang
itu.” Kalimat itu sebenarnya mengarahkan orang berpikir lain dan berfantasi
yang bukan-bukan. Sejurus kemudian Ayu meluruskan, “otaknya, otaknya,” sambil telunjuknya
mengarah ke kepala dengan maksud untuk meyakinkan penonton.
Candaan di segmen lain bertema jahe
dan susu yang diperankan oleh Jupe, Kartika Putri, Raffi Ahmad dan Opi Kumis
setali tiga uang. Kalimat-kalimat yang berorientasi seksual mewarnai segmen
ini.
Berikut film Elektra yang ditayangkan
pada malam yang sama pukul 23.00 WIB (00.00 WITA) di Global TV. Film bergenre action yang tokoh utamanya diperankan
oleh Jennifer Garner itu diproduksi tahun 2005. Saya sudah kedua kalinya menonton
film yang dipenuhi aksi-aksi beladiri dari Elektra, sang pembunuh bayaran yang cantik
itu. Film yang mengisahkan pembunuh bayaran bernama lengkap Elektra Natchios
yang berubah haluan. Kisah ini bermula ketika Elektra mendapat orderan dengan
bayaran US$ 2 juta untuk membunuh keluarga, Mark Miller seorang duda dan Abby
putrinya. Melihat sosok Abby yang mirip dengan sosok dirinya di masa lalu,
membuat Elektra melupakan tugasnya pokoknya dan berbalik menjadi pelindung bagi
Mark dan putrinya. Ketika memutuskan melindungi keluarga inilah, Elektra
menghadapi pertarungan-pertarungan maut yang sangat menegangkan.
Bagi anda yang belum menyaksikan film
elektra, maaf yach,,, saya tidak bisa melanjutkan kisahnya. Karena inti tulisan
saya bukan pada alur ceritanya.
Tayangan film Elektra di Global TV
sudah pasti lulus Badan Sensor Indonesia. Hal ini dapat dicermati dari pakaian
ketat Elektra di bagian belahan dadanya diblur. Sudah itu, film ini ditayangkan
dini hari (untuk Indonesia bagian Tengah dan Timur) yang pemirsanya sudah pasti
didominasi oleh orang-orang dewasa.
Bandingkan dengan Pesbukers yang ditayangkan
secara live di sore hari dan disaksikan
langsung oleh anak sekolahan. Belum lagi untuk pemirsa di rumah khususnya anak-anak
yang sedang istirahat sambil mendengarkan candaan yang tidak mendidik. Meskipun
hanya candaan tetapi dengan kata-kata yang diplesetkan ke hal-hal yang
seharusnya tidak pantas diperdengarkan kepada anak-anak, akan membuat mereka
terbawa pada pikiran-pikiran ngeres. Mereka
akan selalu bertanya-tanya tentang apa yang dimaksud oleh candaan itu. Akibat
fatal dari pikiran itu adalah mereka akan mencoba melakukan apa yang
diceritakan oleh tokoh idolanya itu.
Dalam dunia pendidikan khususnya di
sekolah, penggunaan kata-kata atau kalimat yang berorientasi seks dan
melecehkan orang lain atau masyarakat tertentu serta melanggar norma
kesusilaan, sungguh sangat dilarang. Pelarangan itu biasanya tertuang secara
jelas dalam tata tertib sekolah.
Oleh karena itu, apa yang sudah dibangun
di persekolahan selayaknya didukung oleh aktivitas atau kegiatan yang berada
diluar sekolah seperti suguhan acara televisi. Tayangan televisi yang mendidik sangat
membantu pembentukan karakter positif anak setelah kembali ke sekolah pertama
mereka yaitu keluarga.
Dari pencarian saya di “om google,”
saya menemukan melalui pemberitaan bahwa ternyata acara Pesbukers ini sudah
mendapat teguran sebanyak dua kali dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena
candaan yang tidak pantas itu sudah
melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPI)
KPI Tahun 2012.
Untuk
itu, KPI diharapkan tetap melakukan pemantauan pada acara reality show terutama komedi-komedi yang saat ini menjamur di TV
Indonesia. Jika ditemukan hal-hal seperti yang saya utarakan di atas, maka
hendaknya KPI tidak segan-segan melakukan teguran atau mengubah jam tayang,
kalau perlu melakukan larang tayang bagi acara-acara TV yang melanggar Undang-Undang
Penyiaran nomor 32 tahun 2002.
Saya sangat setuju pak
BalasHapus