12.10.14

PESBUKERS VS ELEKTRA




          Dua hari terbaring lemah karena sakit, tidak membuat pikiran saya  “melemah”. Namun demikian, saya agak kesulitan dalam mendapatkan ide menulis opini untuk koran lokal. Untuk yang satu ini saya harus ekstra hati-hati dalam pemilihan ide. Jenis pembaca yang beragam membuat saya harus menunda menyelesaikan beberapa tulisan “berat” bertema pendidikan. Saya pun memilih tulisan berkategori “ringan”.
          Sore itu, dalam kondisi fisik lemah, saya menghibur diri sambil menonton acara “pesbukers” Antv. Usai Isya, saya pun tertidur. Terbangun pukul 00.30 dini hari, saya iseng menyalakan TV kembali. Memilih beberapa canel TV. Pilihan jatuh pada Global TV yang saat itu sedang menayangkan film box office “Elektra”, film favorit saya.

          Begitulah kisahnya, saya mendapat ide menulis “Pesbukers vs Elektra” untuk blog kesayangan saya ini. Saya tidak bermaksud membandingkan kualitas tayangan kedua TV tersebut. Tidak juga membandingkan karya seniman Indonesia dengan seniman luar negeri. Ataupun membandingkan kualitas akting para pemainnya. Apalagi membandingkan kecantikan atau ketampanan para bintang yang terlibat. Tidak sama sekali. Muatan tulisan ini hanyalah mengikuti “naluri” seorang pendidik. Truss… apa hubungan antara Pesbukers dengan Elektra???
          Maaf pembaca, agak bertele-tele. Saya langsung saja….
          Pesbukers adalah salah satu acara reality show bergenre komedi unggulan Antv. Tayangan 7 Oktober 2014 saya menyaksikan bagaimana candaan-candaan yang berorientasi seks muncul dihadapan para guru dan siswa SMPN 2 Rembang yang kala itu sedang menonton langsung di studio Antv.
Misalnya diaglog antara Raffi Ahmad dan Ayu Ting Ting. Dalam keadaan ditutup matanya, Ayu meraba lengan Raffi sambil mengatakan, “tangannya kencang banget, apalagi yang itu.” Kalimat itu sebenarnya mengarahkan orang berpikir lain dan berfantasi yang bukan-bukan. Sejurus kemudian Ayu meluruskan, “otaknya, otaknya,” sambil telunjuknya mengarah ke kepala dengan maksud untuk meyakinkan penonton.
          Candaan di segmen lain bertema jahe dan susu yang diperankan oleh Jupe, Kartika Putri, Raffi Ahmad dan Opi Kumis setali tiga uang. Kalimat-kalimat yang berorientasi seksual mewarnai segmen ini.
          Berikut film Elektra yang ditayangkan pada malam yang sama pukul 23.00 WIB (00.00 WITA) di Global TV. Film bergenre action yang tokoh utamanya diperankan oleh Jennifer Garner itu diproduksi tahun 2005. Saya sudah kedua kalinya menonton film yang dipenuhi aksi-aksi beladiri dari Elektra, sang pembunuh bayaran yang cantik itu. Film yang mengisahkan pembunuh bayaran bernama lengkap Elektra Natchios yang berubah haluan. Kisah ini bermula ketika Elektra mendapat orderan dengan bayaran US$ 2 juta untuk membunuh keluarga, Mark Miller seorang duda dan Abby putrinya. Melihat sosok Abby yang mirip dengan sosok dirinya di masa lalu, membuat Elektra melupakan tugasnya pokoknya dan berbalik menjadi pelindung bagi Mark dan putrinya. Ketika memutuskan melindungi keluarga inilah, Elektra menghadapi pertarungan-pertarungan maut yang sangat menegangkan.
          Bagi anda yang belum menyaksikan film elektra, maaf yach,,, saya tidak bisa melanjutkan kisahnya. Karena inti tulisan saya bukan pada alur ceritanya.
          Tayangan film Elektra di Global TV sudah pasti lulus Badan Sensor Indonesia. Hal ini dapat dicermati dari pakaian ketat Elektra di bagian belahan dadanya diblur. Sudah itu, film ini ditayangkan dini hari (untuk Indonesia bagian Tengah dan Timur) yang pemirsanya sudah pasti didominasi oleh orang-orang dewasa.
          Bandingkan dengan Pesbukers yang ditayangkan secara live di sore hari dan disaksikan langsung oleh anak sekolahan. Belum lagi untuk pemirsa di rumah khususnya anak-anak yang sedang istirahat sambil mendengarkan candaan yang tidak mendidik. Meskipun hanya candaan tetapi dengan kata-kata yang diplesetkan ke hal-hal yang seharusnya tidak pantas diperdengarkan kepada anak-anak, akan membuat mereka terbawa pada pikiran-pikiran ngeres. Mereka akan selalu bertanya-tanya tentang apa yang dimaksud oleh candaan itu. Akibat fatal dari pikiran itu adalah mereka akan mencoba melakukan apa yang diceritakan oleh tokoh idolanya itu.
          Dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah, penggunaan kata-kata atau kalimat yang berorientasi seks dan melecehkan orang lain atau masyarakat tertentu serta melanggar norma kesusilaan, sungguh sangat dilarang. Pelarangan itu biasanya tertuang secara jelas dalam tata tertib sekolah.
          Oleh karena itu, apa yang sudah dibangun di persekolahan selayaknya didukung oleh aktivitas atau kegiatan yang berada diluar sekolah seperti suguhan acara televisi. Tayangan televisi yang mendidik sangat membantu pembentukan karakter positif anak setelah kembali ke sekolah pertama mereka yaitu keluarga.
          Dari pencarian saya di “om google,” saya menemukan melalui pemberitaan bahwa ternyata acara Pesbukers ini sudah mendapat teguran sebanyak dua kali dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena candaan yang tidak pantas itu sudah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPI) KPI Tahun 2012.
Untuk itu, KPI diharapkan tetap melakukan pemantauan pada acara reality show terutama komedi-komedi yang saat ini menjamur di TV Indonesia. Jika ditemukan hal-hal seperti yang saya utarakan di atas, maka hendaknya KPI tidak segan-segan melakukan teguran atau mengubah jam tayang, kalau perlu melakukan larang tayang bagi acara-acara TV yang melanggar Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002.
         

1 komentar: