2.10.14

Hujan Air Mata di Bukit Kawatuna



          Di pelataran parkir SMAN Madani, tiba-tiba terdengar alunan musik dari saku celana depanku. Lamat-lamat nada dering dari hp Nokia X2 milikku terdengar “Berikan Pijar Matahari” dari sang legendaris Iwan Fals mengusik kesibukanku yang tengah asik melihat kesiapan anggota pramuka yang akan mengikuti Collaborative Camp di Bumi perkemahan Bantaya Kelurahan Kawatuna Palu. Dengan terpaksa, aku mengeluarkan hp dari saku celanaku.
          “Cepat sudah, kita melapor di ketua adat,” suara Kak Bur terdengar jelas.
          “Tunggu! Anggotaku belum lengkap” timpalku. “Ambalan SMAN 2 Biromaru, bagaimana?” tanyaku sekedar memastikan.
          “Masih dalam perjalanan,” jawabnya dengan nada yang terkesan kecewa. Maklum sesuai jadwal seharusnya pukul 14.30 mobil yang mengangkut peserta kemah dari SMAN 2 Sigi Biromaru sudah tiba di dipersimpangan jalan masuk ke lokasi perkemahan Kelurahan Kawatuna.
          “Siiip. Sekitar setengah empat kami ke lokasi,” kataku memastikan.

***
Collaborative Camp dengan SMAN 2 Sigi Biromaru sudah yang ketiga kalinya. Namun perkemahan kali ini, untuk pertama kalinya SMAN Madani melibatkan peserta putri. Dengan peserta yang begitu banyak, aku meminta bantuan dari beberapa alumni SMAN 2 Sigi Biromaru yang punya kompetensi dan wawasan kepramukaan. Mereka adalah siswa-siswa terbaikku saat aku masih bertugas sebagai guru kimia di SMAN 2 Sigi Biromaru. Kehadiran mereka kembali meretas kenangan lama saat menjadi pembina pramuka kala itu. Satu per satu cerita tentang mereka hadir dibenakku.
Sebut saja Muhammad Hendrik yang biasa disapa Kak Hendrik. Mantan Pradana Putra yang terkenal ulet dan pantang menyerah ini begitu mencintai dunia kepramukaan. Kesetiaannya tidak diragukan, sempat vakum setelah menikah, namun satu tahun terakhir ini ia kembali. Aku sebagai mantan pembinanya bersuka cita. Terakhir aku dengar Kak Hendrik sudah mengikuti kursus pembina mahir dasar (KMD) dan sudah menjadi pembina di salah satu gugus depan kecamatan Tanambulava.
Satu angkatan di bawah Kak Hendrik ada Asnandar. Mantan ketua OSIS ini sering aku juluki si jenius. Kemampuan mendesain kegiatan lapangan sungguh luar biasa. Ide-ide segar selalu mengalir darinya. Soal tekpram, jangan tanya. Aku banyak belajar dari pembina pramuka yang bergelar sarjana komputer dan punya binaan tiga gugus depan ini.
Kak Sahrun, teman seangkatan Asnandar. Mantan penegak Bantara ini spesialis kegiatan alam bebas. Tidak punya rasa takut namun sering kurang hati-hati. Kemampuan bertahan di alam sungguh luar biasa.
Alumni lainnya adalah Muhammad Fauzan. Kak Fauzan demikian sapaan akrabnya di pramuka. Mantan ketua OSIS ini telah mengabdikan diri di almamaternya. Kini ia menjadi guru penjaskes di SMAN 2 Sigi Biromaru sekaligus pembina putra di gugus depannya.
Ada Kak Sandi. Alumni termuda yang setia dengan pramuka. Memiliki kemauan yang tinggi terhadap kepramukaan. Kabar terakhir yang aku dengar, Kak Sandi sudah memiliki anak binaan di salah satu gugus depan kecamatan Tanambulava.
Dari pembina putri, ada Kak Sri yang juga mengabdikan diri sebagai guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Sigi Biromaru. Meskipun bukan alumnus SMAN 2 Sigi Biromaru, tetapi aku cukup mengenal pembina pramuka ini. Kesabarannya menghadapi anak-anak patut diacungi jempol.
Yang terakhir, sahabat lamaku. Drs Burhanudin yang akrab dipanggil Kak Bur adalah pembina gudep sekaligus waka kesiswaan SMAN 2 Sigi Biromaru. Guru Geografi yang satu ini dikenal tegas oleh anak didiknya. Berwatak agak keras, tidak suka ada kelalaian sedikitpun di kegiatan berkemah. Walau terkadang berbeda pendapat denganku soal penanganan siswa bermasalah, Kak Bur tetap menjadi seorang sahabat yang nyaman bila diajak berdiskusi.

***
          Sore itu terik mentari mulai berkurang. Kak Bur, pembina gugus depan SMAN 2 Sigi Biromaru sekaligus wakasek bidang kesiswaan itu sudah menunggu di pertigaan jalan masuk ke lokasi perkemahan sejak pukul 14.00. Tampak jelas kegelisahan diwajahnya.
Pukul 16.30 mobil truk yang ditumpangi anggota pramuka SMAN Madani perlahan bergerak masuk menyusur jalan menuju perkemahan. Di perjalanan, mereka mendapati anak-anak SMAN 2 Sigi Biromaru tengah berjalan kaki. Demi kebersamaan, Kak Melisa, pembina putri SMAN Madani meminta mereka turun dari mobil dan bergabung dengan ambalan dari SMAN 2 Sigi Biromaru menuju perkemahan.
Aku segera mengontak Kak Bur. Namun signal terganggu.
“Bos, anggota sudah ada di lokasi,” kataku dengan suara agak keras.
“Apa? Lewat jalan mana?” Kak Bur balik bertanya. Belum sempat kujawab, namun signal buruk memutus percakapan kami.
Dari arah selatan tampak iringan peserta dari kedua sekolah memasuki area perkemahan Kawatuna. Karena hari beranjak sore, setibanya di lokasi langsung bergegas mendirikan tenda sesuai petunjuk dari pembina masing-masing.
Hari menjelang magrib. Beberapa sangga kerja memberi arahan kepada peserta agar mempercepat pendirian tenda. Sebagian menyiapkan tempat ibadah untuk sholat magrib berjamaah.
Usai sholat berjamaah, aku mengitari area perkemahan sekedar memastikan apakah semua tenda sudah terpancang. Tampak sembilan tenda peserta sudah tegak berdiri. Terlihat pula peserta yang beragama kristen melakukan ibadah. Yang lain membuka bekal makanan yang disiapkan sejak dari rumah.
***
Hari mulai gelap. Suara serangga malam selaksa paduan suara nan indah beradu dengan gelak canda peserta perkemahan. Sejak sore aku belum melihat Kak Bur.
“Mana sudah Kak Bur?” tanyaku kepada Kak Fauzan.
“Belum datang Kak. Kecewa dia itu,” jawabnya.
Sebagai sahabat, aku tahu betul karakter Kak Bur. Jika ada hal atau kejadian yang tidak sesuai rencana semula maka terbawa pada suasana hatinya tidak lagi mood. Meninggalkan peserta perkemahan menjadi solusinya. Malam pertama tanpa Kak Bur berlalu sesuai dengan agenda yang dipersiapkan oleh sangga kerja.
***
          Malam kedua sekaligus malam terakhir di perkemahan. Usai acara api unggun, aku berinisiatif mengumpulkan para pembina untuk membicarakan agenda kegiatan para calon laksana. Namun tidak terkabul karena masih ada agenda lain yang mesti diselesaikan. Kak Bur yang hadir di malam kedua itu sibuk dengan Tamu Ambalannya.
          Akhirnya, aku mengumpulkan kelima calon laksana itu untuk uji SKU. Aku meminta mereka membuat struktur tali temali dan pionering secara berkelompok. Kak Sri dan Kak Fauzan pun sedang asik menguji SKU calon penegak Bantara. Malam itu pun berakhir tanpa agenda jelas untuk para calon laksana.

***
Terlihat senyum kebahagiaan dari para Tamu Ambalan dan Calon Penegak Bantara yang sudah dilantik menjadi calon penegak dan penegak Bantara. Sebentar lagi mereka akan pulang meninggalkan perkemahan.
“Bos, calon laksana bagaimana?,” tanyaku kepada Kak Bur saat berpapasan usai pelantikan calon Penegak Bantara.
“Biarkan saja. Mereka itu sebenarnya belum siap!,” jawabnya dengan mimik serius.
“Tunggu! Dari hari pertama kita sudah uji mereka… truss kita tunda?” tanyaku lebih serius.
“Calon dari SMAN 2 nanti dilantik di sekolah!,” sanggah Kak Bur.
“Tidak! Kita harus selesaikan di sini. Kita sudah janji mereka,” tegasku.
“Iya, kita lantik saja di sini,” kata Kak Asnandar memberi dukungan.
Pembina lainnya pun setuju. Kak Bur mengalah.
Aku membagi tugas untuk para pembina yang siap di pos masing-masing. Ada pos pendalaman dasa darma, sebagian lagi jaga di pos uji ketahanan fisik.
“Baik, kita lantik mereka di atas bukit sebelah selatan perkemahan,” kataku usai memberi arahan kepada para pembina.
***
          Pendalaman dasa darma melalui anjangsana pos berakhir pukul 16.30. Sesaat lagi akan diadakan pelantikan penegak laksana. Saat yang paling ditunggu oleh calon laksana. Mungkin sudah puluhan kali aku menyaksikan pelantikan pramuka. Akan tetapi, pelantikan laksana ini baru pertama kali aku saksikan. Aku mempercayakan kepada Kak Bur untuk melantik anggotaku dari SMAN Madani.
          Suasana haru penuh tangis mewarnai acara sakral itu. Asmaniar, salah satu calon laksana putri tak kuasa membendung air matanya. Tangisnya pecah. Perjuangannya menyelesaikan SKU penegak laksana tidaklah sia-sia. Pemandangan yang sama terjadi pada empat calon laksana lainnya ketika Tanda Kecakapan Umum penegak laksana disematkan oleh Kak Bur.
Keharuan semakin terasa ketika Kak Bur ikut meneteskan air mata. Melihat pemandangan itu, seluruh peserta upacara turut meneteskan air mata. Hujan air mata di pelantikan laksana mewarnai langit senja di bukti itu.
Akhirnya pelantikan selesai yang ditandai dengan penyerahan bambu runcing kepada kelima penegak laksana. Di perkemahan telah menunggu mobil jemputan dari Sibalaya.

***
Esok harinya.
“Seorang pembina pantang mengeluarkan air mata…hehehe,” kataku melalui sms kepada Kak Bur.
“Air mata keluar karena pramuka tanggungjawabnya besar,” balasnya. Aku tersenyum membaca sms Kak Bur. Aku sangat paham dengan kalimat itu. Inilah yang paling aku suka dari sahabatku itu. Meskipun terlihat marah akan tetapi “jiwanya” tetaplah seorang pramuka sejati.
Saat pelantikan kemarin Kak Asnandar sempat berbisik, “Kak Aris, Inilah maksud dari kepenegakan. Hari ini kita belajar banyak dari peristiwa pelantikan ini.”
Aku hanya tersenyum dalam diam. Sebenarnya aku terharu dengan bisikan mantan anak didikku itu. Ingin segera menanggapinya dengan kalimat, “benar, seorang pembina harus melakukan pendalaman dari setiap momen kegiatan pramuka.” Kalimat itu urung aku sampaikan, karena aku sadar Kak Asnandar kini bukan lagi seorang penegak. Aku tak ingin mengguruinya.
Seorang pramuka sejati selayaknya tidak pernah puas. Dengan begitu ia akan terus menerus belajar dari apa yang dilakoninya. Dan aku tahu pasti, pramuka punya kontribusi besar membentuk pribadi seseorang, bahkan pribadi bangsa kita. Tetaplah menjaganya agar kita bisa “belajar” menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain…mungkin juga bagi bangsa yang besar ini…

Cerpen oleh:   Aris T’baloy


(Aku dedikasikan cerpen ini untuk Kak Bur, Kak Sri, Kak Fauzan, 
Kak Hendrik, Kak Asnandar, Kak Sandi, Kak Sahrun 
dan anak-anak pramuka SMAN 2 Sigi Biromaru.
Terima kasih atas “semuanya“ 
dan tetaplah menjadi 
sahabat…)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar