Di pelataran parkir SMAN Madani,
tiba-tiba terdengar alunan musik dari saku celana depanku. Lamat-lamat nada
dering dari hp Nokia X2 milikku terdengar “Berikan
Pijar Matahari” dari sang legendaris Iwan Fals mengusik kesibukanku yang tengah
asik melihat kesiapan anggota pramuka yang akan mengikuti Collaborative Camp di Bumi perkemahan Bantaya Kelurahan Kawatuna
Palu. Dengan terpaksa, aku mengeluarkan hp dari saku celanaku.
“Cepat sudah, kita melapor di ketua
adat,” suara Kak Bur terdengar jelas.
“Tunggu! Anggotaku belum lengkap”
timpalku. “Ambalan SMAN 2 Biromaru, bagaimana?” tanyaku sekedar memastikan.
“Masih dalam perjalanan,” jawabnya
dengan nada yang terkesan kecewa. Maklum sesuai jadwal seharusnya pukul 14.30 mobil
yang mengangkut peserta kemah dari SMAN 2 Sigi Biromaru sudah tiba di dipersimpangan
jalan masuk ke lokasi perkemahan Kelurahan Kawatuna.
“Siiip. Sekitar setengah empat kami ke
lokasi,” kataku memastikan.
Collaborative Camp dengan SMAN 2 Sigi Biromaru
sudah yang ketiga kalinya. Namun perkemahan kali ini, untuk pertama kalinya
SMAN Madani melibatkan peserta putri. Dengan peserta yang begitu banyak, aku meminta
bantuan dari beberapa alumni SMAN 2 Sigi Biromaru yang punya kompetensi dan
wawasan kepramukaan. Mereka adalah siswa-siswa terbaikku saat aku masih
bertugas sebagai guru kimia di SMAN 2 Sigi Biromaru. Kehadiran mereka kembali
meretas kenangan lama saat menjadi pembina pramuka kala itu. Satu per satu
cerita tentang mereka hadir dibenakku.
Sebut
saja Muhammad Hendrik yang biasa disapa Kak Hendrik. Mantan Pradana Putra yang
terkenal ulet dan pantang menyerah ini begitu mencintai dunia kepramukaan.
Kesetiaannya tidak diragukan, sempat vakum setelah menikah, namun satu tahun
terakhir ini ia kembali. Aku sebagai mantan pembinanya bersuka cita. Terakhir
aku dengar Kak Hendrik sudah mengikuti kursus pembina mahir dasar (KMD) dan
sudah menjadi pembina di salah satu gugus depan kecamatan Tanambulava.
Satu
angkatan di bawah Kak Hendrik ada Asnandar. Mantan ketua OSIS ini sering aku
juluki si jenius. Kemampuan mendesain kegiatan lapangan sungguh luar biasa.
Ide-ide segar selalu mengalir darinya. Soal tekpram, jangan tanya. Aku banyak
belajar dari pembina pramuka yang bergelar sarjana komputer dan punya binaan
tiga gugus depan ini.
Kak
Sahrun, teman seangkatan Asnandar. Mantan penegak Bantara ini spesialis
kegiatan alam bebas. Tidak punya rasa takut namun sering kurang hati-hati.
Kemampuan bertahan di alam sungguh luar biasa.
Alumni
lainnya adalah Muhammad Fauzan. Kak Fauzan demikian sapaan akrabnya di pramuka.
Mantan ketua OSIS ini telah mengabdikan diri di almamaternya. Kini ia menjadi
guru penjaskes di SMAN 2 Sigi Biromaru sekaligus pembina putra di gugus
depannya.
Ada
Kak Sandi. Alumni termuda yang setia dengan pramuka. Memiliki kemauan yang
tinggi terhadap kepramukaan. Kabar terakhir yang aku dengar, Kak Sandi sudah
memiliki anak binaan di salah satu gugus depan kecamatan Tanambulava.
Dari
pembina putri, ada Kak Sri yang juga mengabdikan diri sebagai guru Pendidikan
Agama Islam di SMAN 2 Sigi Biromaru. Meskipun bukan alumnus SMAN 2 Sigi
Biromaru, tetapi aku cukup mengenal pembina pramuka ini. Kesabarannya
menghadapi anak-anak patut diacungi jempol.
Yang
terakhir, sahabat lamaku. Drs Burhanudin yang akrab dipanggil Kak Bur adalah
pembina gudep sekaligus waka kesiswaan SMAN 2 Sigi Biromaru. Guru Geografi yang
satu ini dikenal tegas oleh anak didiknya. Berwatak agak keras, tidak suka ada
kelalaian sedikitpun di kegiatan berkemah. Walau terkadang berbeda pendapat
denganku soal penanganan siswa bermasalah, Kak Bur tetap menjadi seorang
sahabat yang nyaman bila diajak berdiskusi.
***
Sore itu terik mentari mulai berkurang.
Kak Bur, pembina gugus depan SMAN 2 Sigi Biromaru sekaligus wakasek bidang
kesiswaan itu sudah menunggu di pertigaan jalan masuk ke lokasi perkemahan
sejak pukul 14.00. Tampak jelas kegelisahan diwajahnya.
Pukul
16.30 mobil truk yang ditumpangi anggota pramuka SMAN Madani perlahan bergerak
masuk menyusur jalan menuju perkemahan. Di perjalanan, mereka mendapati
anak-anak SMAN 2 Sigi Biromaru tengah berjalan kaki. Demi kebersamaan, Kak
Melisa, pembina putri SMAN Madani meminta mereka turun dari mobil dan bergabung
dengan ambalan dari SMAN 2 Sigi Biromaru menuju perkemahan.
Aku
segera mengontak Kak Bur. Namun signal terganggu.
“Bos,
anggota sudah ada di lokasi,” kataku dengan suara agak keras.
“Apa?
Lewat jalan mana?” Kak Bur balik bertanya. Belum sempat kujawab, namun signal
buruk memutus percakapan kami.
Dari
arah selatan tampak iringan peserta dari kedua sekolah memasuki area perkemahan
Kawatuna. Karena hari beranjak sore, setibanya di lokasi langsung bergegas
mendirikan tenda sesuai petunjuk dari pembina masing-masing.
Hari
menjelang magrib. Beberapa sangga kerja memberi arahan kepada peserta agar
mempercepat pendirian tenda. Sebagian menyiapkan tempat ibadah untuk sholat
magrib berjamaah.
Usai
sholat berjamaah, aku mengitari area perkemahan sekedar memastikan apakah semua
tenda sudah terpancang. Tampak sembilan tenda peserta sudah tegak berdiri. Terlihat
pula peserta yang beragama kristen melakukan ibadah. Yang lain membuka bekal
makanan yang disiapkan sejak dari rumah.
***
Hari
mulai gelap. Suara serangga malam selaksa paduan suara nan indah beradu dengan gelak
canda peserta perkemahan. Sejak sore aku belum melihat Kak Bur.
“Mana
sudah Kak Bur?” tanyaku kepada Kak Fauzan.
“Belum
datang Kak. Kecewa dia itu,” jawabnya.
Sebagai
sahabat, aku tahu betul karakter Kak Bur. Jika ada hal atau kejadian yang tidak
sesuai rencana semula maka terbawa pada suasana hatinya tidak lagi mood. Meninggalkan peserta perkemahan
menjadi solusinya. Malam pertama tanpa Kak Bur berlalu sesuai dengan agenda
yang dipersiapkan oleh sangga kerja.
***
Malam kedua sekaligus malam terakhir
di perkemahan. Usai acara api unggun, aku berinisiatif mengumpulkan para
pembina untuk membicarakan agenda kegiatan para calon laksana. Namun tidak
terkabul karena masih ada agenda lain yang mesti diselesaikan. Kak Bur yang
hadir di malam kedua itu sibuk dengan Tamu Ambalannya.
Akhirnya, aku mengumpulkan kelima calon
laksana itu untuk uji SKU. Aku meminta mereka membuat struktur tali temali dan
pionering secara berkelompok. Kak Sri dan Kak Fauzan pun sedang asik menguji
SKU calon penegak Bantara. Malam itu pun berakhir tanpa agenda jelas untuk para
calon laksana.
***
Terlihat
senyum kebahagiaan dari para Tamu Ambalan dan Calon Penegak Bantara yang sudah
dilantik menjadi calon penegak dan penegak Bantara. Sebentar lagi mereka akan
pulang meninggalkan perkemahan.
“Bos,
calon laksana bagaimana?,” tanyaku kepada Kak Bur saat berpapasan usai
pelantikan calon Penegak Bantara.
“Biarkan
saja. Mereka itu sebenarnya belum siap!,” jawabnya dengan mimik serius.
“Tunggu!
Dari hari pertama kita sudah uji mereka… truss kita tunda?” tanyaku lebih
serius.
“Calon
dari SMAN 2 nanti dilantik di sekolah!,” sanggah Kak Bur.
“Tidak!
Kita harus selesaikan di sini. Kita sudah janji mereka,” tegasku.
“Iya,
kita lantik saja di sini,” kata Kak Asnandar memberi dukungan.
Pembina
lainnya pun setuju. Kak Bur mengalah.
Aku
membagi tugas untuk para pembina yang siap di pos masing-masing. Ada pos
pendalaman dasa darma, sebagian lagi jaga di pos uji ketahanan fisik.
“Baik,
kita lantik mereka di atas bukit sebelah selatan perkemahan,” kataku usai
memberi arahan kepada para pembina.
***
Pendalaman dasa darma melalui
anjangsana pos berakhir pukul 16.30. Sesaat lagi akan diadakan pelantikan
penegak laksana. Saat yang paling ditunggu oleh calon laksana. Mungkin sudah
puluhan kali aku menyaksikan pelantikan pramuka. Akan tetapi, pelantikan
laksana ini baru pertama kali aku saksikan. Aku mempercayakan kepada Kak Bur
untuk melantik anggotaku dari SMAN Madani.
Suasana haru penuh tangis mewarnai
acara sakral itu. Asmaniar, salah satu calon laksana putri tak kuasa membendung
air matanya. Tangisnya pecah. Perjuangannya menyelesaikan SKU penegak laksana
tidaklah sia-sia. Pemandangan yang sama terjadi pada empat calon laksana lainnya
ketika Tanda Kecakapan Umum penegak laksana disematkan oleh Kak Bur.
Keharuan
semakin terasa ketika Kak Bur ikut meneteskan air mata. Melihat pemandangan
itu, seluruh peserta upacara turut meneteskan air mata. Hujan air mata di
pelantikan laksana mewarnai langit senja di bukti itu.
Akhirnya
pelantikan selesai yang ditandai dengan penyerahan bambu runcing kepada kelima
penegak laksana. Di perkemahan telah menunggu mobil jemputan dari Sibalaya.
***
Esok
harinya.
“Seorang
pembina pantang mengeluarkan air mata…hehehe,” kataku melalui sms kepada Kak
Bur.
“Air
mata keluar karena pramuka tanggungjawabnya besar,” balasnya. Aku tersenyum
membaca sms Kak Bur. Aku sangat paham dengan kalimat itu. Inilah yang paling
aku suka dari sahabatku itu. Meskipun terlihat marah akan tetapi “jiwanya”
tetaplah seorang pramuka sejati.
Saat
pelantikan kemarin Kak Asnandar sempat berbisik, “Kak Aris, Inilah maksud dari
kepenegakan. Hari ini kita belajar banyak dari peristiwa pelantikan ini.”
Aku
hanya tersenyum dalam diam. Sebenarnya aku terharu dengan bisikan mantan anak
didikku itu. Ingin segera menanggapinya dengan kalimat, “benar, seorang pembina
harus melakukan pendalaman dari setiap momen kegiatan pramuka.” Kalimat itu
urung aku sampaikan, karena aku sadar Kak Asnandar kini bukan lagi seorang
penegak. Aku tak ingin mengguruinya.
Seorang
pramuka sejati selayaknya tidak pernah puas. Dengan begitu ia akan terus
menerus belajar dari apa yang dilakoninya. Dan aku tahu pasti, pramuka punya
kontribusi besar membentuk pribadi seseorang, bahkan pribadi bangsa kita.
Tetaplah menjaganya agar kita bisa “belajar” menjadi pribadi yang bermanfaat
bagi orang lain…mungkin juga bagi bangsa yang besar ini…
Cerpen oleh: Aris
T’baloy
(Aku dedikasikan cerpen
ini untuk Kak Bur, Kak Sri, Kak Fauzan,
Kak Hendrik, Kak Asnandar, Kak Sandi, Kak Sahrun
dan anak-anak pramuka SMAN
2 Sigi Biromaru.
Terima kasih atas
“semuanya“
dan tetaplah menjadi
sahabat…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar