Foto: Pose bersama Dinda dan Klarina di Stand Pameran |
Senyum
hangat dari dua gadis manis finalis ISPO 2015 menyambut saya tepat di depan
stand pameran bidang kimia. Pemilik stand itu tidak lain adalah Dinda Clarissa
Aulia dan Klarina Elsa Siti Sarah, siswa Sekolah Kharisma Bangsa Tangerang.
Dengan seragam sekolah khas Kharisma
Bangsa, keduanya tampak menonjol di antara penjaga stand pameran ISPO yang
dihelat dari tanggal 16-18 Februari di Auditorium sekolah mereka. Terlihat
beberapa pengunjung sedang mengamati hasil riset mereka yang dipajang rapi di
meja stand keduanya. Proyek penelitian keduanya berjudul Henna Leaves (Daun Pacar):
Biodegradable and Natural Softener Textile Dye. Intinya tanaman Daun pacar
digunakan sebagai pewarna alami.
Dengan penuh keramahan, keduanya
bergantian memberi penjelasan soal riset mereka yang berhasil masuk sebagai
finalis ISPO tahun ini.
“Apa kelebihan perwarna alami yang
kalian teliti?” tanya saya setelah mendapat penjelasan mengenai metode
penelitian yang mereka lakukan. “Warna yang dihasilkan kuat dan tidak mudah luntur,”
jawab Dinda bersemangat. “Selain itu tekstur kain terasa lebih halus setelah diberi
pewarna alami ini,” ungkap keduanya meyakinkan, sambil menyodorkan beberapa produk
tekstil yang sudah diberi pewarna.
“Kenapa
bisa halus ya?” Menurut Dinda, kandungan phytol serta vitamin E yang menyebabkan
kain sutra terasa lebih halus dari sebelumnya. Jadi orang yang memakai baju
dengan pewarna daun pacar, mendapat bonus vitamin E. Namun keduanya mengaku
belum meneliti apakah vitamin E di pakaian akan berpengaruh terhadap kesehatan
kulit pemakainya.
Foto: Bapak Haris Iskandar, menyerahkan medali untuk pemenang |
Tidak hanya daya tahan warnanya yang
menjadi fokus penelitian. Keduanya pun melakukan pecobaan pada kecambah untuk melihat
apakah limbah pewarna yang mereka hasilkan berpengaruh pada lingkungan. Hasilnya
sungguh diluar dugaan. Kecambah yang direndam dengan pewarna daun pacar malah
tumbuh lebih subur daripada kecambah yang direndam dengan air tanpa pewarna.
Bahkan akarnya berukuran jauh lebih besar daripada kecambah yang direndam di
dalam air biasa.
Menurut pemahaman saya, apa yang
dilakukan Dinda dan Klarina sebenarnya sangat sederhana. Langkah-langkah riset
yang sangat prosedural yang membuat produk yang dihasilkan cukup meyakinkan.
Kerja keras mereka selama lima bulan melakukan
riset, akhirnya berbuah manis. Senyum manis keduanya semakin mengembang ketiak
dua medali emas plus uang tunai 2 Juta rupiah menjadi milik mereka.
Saya turut merasa bangga dengan kereatifitas
keduanya. Mereka anak-anak bangsa yang patut diberi apresiasi. Tentu saja
pemerintah Indonesia bisa membantu keduanya untuk pendanaan dalam lomba di
tingkat Internasional, yaitu kompetisi GENIUS Olympiad di New York, Amerika
Serikat di tahun yang sama. Semoga…..
waaah kangennya :)
BalasHapus