(Episode: Musyawarah
Ambalan)
Ambalan SMANDUBIRMA 2004, jadul....(dokpri) |
Cerita
soal ambalan SMAN 2 Sigi Biromaru atau SMANDUBIRMA (maaf yach, saya masih senang menyebut SMANDUBIRMA) bagi saya tidak akan pernah
habis-habisnya. Never end.
Sudah tujuh tahun lebih saya meninggalkan Ambalan SMANDUBIRMA, namun saya masih merasakan virus spirit yang menjangkiti setiap anggota yang masih aktif baik “didalam” maupun “diluar”. Bahkan saya masih menjadi “bagian” dari jejak giat dan derap langkahnya sampai saat ini. Tidaklah berlebihan, jika saya mengatakan “memisahkan” saya dari Ambalan SMANDUBIRMA, sama halnya “membunuh” kreatifitas saya di pramuka.
Sudah tujuh tahun lebih saya meninggalkan Ambalan SMANDUBIRMA, namun saya masih merasakan virus spirit yang menjangkiti setiap anggota yang masih aktif baik “didalam” maupun “diluar”. Bahkan saya masih menjadi “bagian” dari jejak giat dan derap langkahnya sampai saat ini. Tidaklah berlebihan, jika saya mengatakan “memisahkan” saya dari Ambalan SMANDUBIRMA, sama halnya “membunuh” kreatifitas saya di pramuka.
Ambalan
SMANDUBIRMA effect, sungguh membentuk
pribadi saya mulai dari tindakan sampai cara berpikir saya tentang pramuka.
Tidak dipungkiri, warna Ambalan SMADANI yang kini menjadi binaan saya
pun, tidak luput dari Ambalan SMANDUBIRMA effect,
walaupun sampai detik ini saya dan teman-teman pembina lainnya belum bisa
membentuk Ambalan SMADANI yang “mencintai pramuka”.
Saya
tahu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Selalu saja ada hal-hal yang “kurang”
yang mengiringi perjalanan hidup ini. Begitu pula perjalanan Ambalan SMANDUBIRMA
ketika saya masih aktif membina. Justru melengkapi hal yang “kurang” itulah
yang membuat ambalan ini belajar “mencintai pramuka”. Kerikil-kerikil tajam yang
selalu terhampar, duri-duri tajam yang selalu berserak, bahkan batu-batu cadas
yang kokoh selalu menghadang langkah-langkah kecil ambalan ini tidak menyurutkan
semangat “mencintai pramuka”. Tajamnya kerikil, duri, dan batu cadas itu seolah
menjadi arena “berlatih” kesabaran, ketekunan, kemandirian, kebersamaan dan
juga saling menghargai warga ambalan.
Hiking: Kenangan Jembatan gantung Sidondo (dokpri) |
Akhir-akhir
ini Ambalan SMANDUBIRMA effect semakin
menguat dalam diri saya. Menyaksikan semangat anak-anak pramuka di ambalan
SMNDUBIRMA dalam pencarian dana untuk kegiatan Musawarah Ambalan (MA) sungguh
mengingatkan saya pada momen-momen MA masa lalu. Mungkin cara dan konsepnya
berbeda tapi rasa bertanggungjawab anggota terhadap kesuksesan MA bermuara sama.
Menurut
saya, penerapan dasa darma cukup efektif di momen MA. Sebagai wadah latihan,
momentum MA menjadi sarana yang sangat efektif untuk membangun dinamika
organisasi ambalan. Melalui MA kita dapat membentuk kepengurusan Dewan Penegak
baru sekaligus merevitalisasi tugas dan fungsi Dewan Penegak. Di MA pula kita melakukan
evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan dan juga merencanakan
program di masa kerja berikutnya.
Nuansa
MA di Ambalan SMADANI mungkin berbeda jauh dari MA di Ambalan SMANDUBIRMA. Saya
sadari, sekalipun Ambalan SMANDUBIRMA effect
mengalir di aliran darah saya, tetapi saya tidak mungkin melakukan pendekatan yang
sama dengan apa yang saya lakukan di Ambalan SMANDUBIRMA. Kondisi warga sekolah
yang belum “menerima” kegiatan pramuka, membuat saya harus meredesain MA yang simpel
dan dilakukan secara parsial.
Kembali
ke Ambalan SMANDUBIRMA. Bagi saya, ambalan ini bukan sekedar ambalan penegak yang
masih aktif di gugus depannya. Akan tetapi ambalan ini bagi saya adalah “ambalan”
anak-anak pramuka pangkalan SMAN 2 Sigi Biromaru baik yang masih aktif maupun
yang sudah alumni. Saya sering mengatakan bahwa tidak ada perpisahan yang
terjadi di ambalan seperti perpisahan siswa di kelas akhir. Dan memang, selama
saya membina ambalan ini tidak ada sekali pun “perpisahan” yang dirayakan
anggotanya.
Kini
banyak anggota pramuka yang sudah berada “diluar” ambalan. Banyak dari mereka
telah menjadi pembina di pangkalan siaga, penggalang dan penegak. Sesekali
mereka “kembali” untuk sekedar membantu atau menengok ambalan yang pernah
menjadi bagian dari perjalanan di masa penegaknya. Itu karena ikatan persaudaraan
masih terjalin kental di antara mereka.
Saya
pun tidak pernah benar-benar “meninggalkan” ambalan ini. Kolaborasi dalam
berbagai kegiatan antara Ambalan SMANDUBIRMA dan SMADANI menjadi bukti bahwa
saya tidak melupakan “ambalan” ini. Saya mencoba menyatukan dua ambalan yang
berbeda warna ini dalam satu “ambalan baru” yang saya sebut “Ambalan C-Scout”,
ambalan kolaborasi.
Jika
dalam proses “kolaborasi” ini membuat kita harus berbeda pendapat dan
berselisih paham mungkin kita masih dalam proses “belajar”. Mari kita bermusyawarah
dengan hati kita masing-masing, seperti layaknya adik-adik penegak yang
bermusyawarah ambalan. Mari mengingat kembali bahwa di sini, di Ambalan
SMANDUBIRMA kita pernah “belajar” dalam kebersamaan dan persaudaraan yang erat.
Dan mungkin kita kembali mengucap ulang janji kita, karena sumber semangatnya
tuh di sana, diuntaian kata TRI SATYA pramuka kita.
Di
akhir tulisan ini, saya mengucapkan, “SELAMAT
melaksanakan Musyawarah Ambalan bagi Adik-Adik Pramuka Ambalan SMANDUBIRMA,
semoga lancar dan sukses. Amin”.
Salam
Pramuka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar