9.12.12

APA YANG SALAH DENGAN SMAN MADANI?



Hendak bersiap-siap kembali ke rumah, tiba-tiba terdengar nada dari hp saya. Satu sms masuk dari Dinda Aishah pemred M-Scope yang tertulis, “Assalamualaikum, pak kalau tema pas tes menulis sbentar tentang “Apa yang salah dengan madani?” boleh pak?”  Saya jawab, “Ok bgs itu d angkt.” Dengan sedikit revisi, akhirnya saya memberi judul postingan di atas sesuai dengan tema tersebut. Tema itu sangat beralasan untuk diangkat sebagai bahan tes menulis artikel peserta pelatihan jurnalistik angkatan ke-5 yang baru-baru ini digelar oleh OSIS SMAN Madani. Mengapa? Karena tema tersebut sangat pas menggambarkan situasi di sekolah yang berlabel RSBI itu. Ada banyak hal yang menjadi catatan “negatif” mereka terhadap sekolah yang dibina oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah itu. Pelanggaran tatib siswa yang sudah masuk di zona pemanggilan I orang tua atau wali menjadi objek tulisan mereka. Terlambat adalah pelanggaran yang menempati rangking pertama di sekolah ini. Entah karena sering melihat pemandangan barisan siswa telat datang, sehingga kata terlambat seolah diekspoitasi secara vulgar di tulisan mereka.

Jujur, saya salut dengan beberapa tulisan “kritis” mereka yang dengan lugas mencoba melihat permasalahan tersebut dengan hati yang jernih. Cukup sulit menjawab pertanyaan di atas karena kalau dilihat dari sisi terlambatnya saja itu tidak fair, kata mereka. Menurut mereka sekolah juga punya andil dalam keterlambatan siswa datang ke sekolah. Tugas yang banyak dari guru-guru membuat mereka harus bekerja ekstra keras untuk menyelesaikanya. Tak jarang mereka menghabiskan waktu di atas pukul 23.00 untuk menyelesaikan tumpukan tugas yang harus dikumpulkan esok harinya. “Capek kerja tugas” menjadi alasan beberapa siswa yang suka telat. Tidur larut malam membuat banyak siswa telat bangun pagi atau yang sudah bangun pukul 5.00 usai menunaikan sholat subuh biasanya tidur kembali dan malas bangun untuk bersiap ke sekolah.

Salah satu peserta pelatihan Ni Putu Meilinda Karba menulis judul artikel dengan gaya khasnya yaitu ”Karet ala Madani.” Meilinda dalam tulisannya menyatakan keheranannya terhadap sekolah yang dicintainya itu. Betapa tidak, di mata masyarakat madani itu adalah sekolah panutan dan siswanya memiliki kecerdasan yang tinggi. Siswa yang masih duduk di kelas X itu menulis, ”Rasanya bangga, senang, pede saat berbagai pujian menghujani atap madani. Namun apa jadinya jika masyarakat tahu ada budaya karet di madani.”

Yang paling menarik dari artikel Meilinda adalah bagian akhir tulisan yang ditutup dengan kalimat, “Sekarang apa yang salah dengan Madani? Anda atau sekolah beratap biru inikah yang bersalah?  Sekali lagi temukan jawabannya itu pada diri anda sendiri. Tanya diri anda, para pelajar madani. Mau budayakan karet atau dapatkan pialamu sesering mungkin.”

Menurut saya, kalimat penutup tersebut merupakan jawaban tepat atas pertanyaan, apa yang salah dengan SMAN Madani? Salut buat Ni Putu Meilinda Karba semoga menjadi penulis yang hebat dan bisa menginspirasi banyak orang.

3 komentar:

  1. Tulisan ini menarik...

    Keslahan UTAMA nya adalah siswa itu tdk dibirakan berimajiansi dan mengembangkan ekspresinya melainkan hanya diberikan setumpuk TUGAS yang membuat mereka lelah dll.. Apakah pendidik sadar bahwa apa yang merea lakukan dengan memberikan banyak tugas telah membunuh KREATIVITAS yang dimiliki seorang peserta didik??? Saya bertanya, APA GUNANYA memberikan banyak TUGAS kepada peserta DIDIK? Pertanyaan ini tdk akan pernah terjawab dgn jawaban yang LOGIS. Percayalah bahwa setiap anak dilahirkan dengan dibekali POTENSIN yang luar biasa oleh TUHAN, Namun apa yg kita lakukan? kebanyakan dari kita membuat POTENSI itu layu sebelum mekar. Jadi? yang mesti dilakukan PENDIDIK adalah bagaimana POTENSI yang telah Tuhan berikan kepada anak itu mampu ter Ekspresikan dan bukannya terpendam karena tdk adanya kesempatan untuk mengekspresikannya. "LIHAT lah Dunia ini dengan cara yang berbeda maka engkau akan menjadi berbeda pula, Sentuhlah Ia dengan kelembutan dan perhatian maka ia akan selalu memberikan yang terbaik". Hal seperti ini yang kebanyakan DIABAIKAN oleh Pendidik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seorang guru profesional membrikn tugas tidak asalan karena ada aturan yg menjadi acuan. guru tdk boleh memberikn tugas yg berlebihn apalagi tugas itu sampai membunu kreatiftas siswa.
      siiplah,kami guru2 d Madani khususnya sy pribadi mencoba meliat apa sebenarnya yg diinginkan oleh siswa2 madani, banyk dari tulisan mereka bisa dijadikan pertimbangan. ini adalah masukan yg berharga. semoga ke depan output madani lebih baik...

      Hapus